1. Citak
Pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada pangkal hidung di antara dua alis. Ada beberapa versi mengenai makna filosofinya, antara lain bahwa citak sebagai refleksi mata Dewa Syiwa yang merupakan pusat panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide. Pendapat lain mengatakan bahwa citak sebagai pemberi watak pada keseluruhan ide paes.
2. Racik melati miji timun
Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut bunga melati. Perpaduan daun pandan dan bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
3. Ronce bunga melati tibo dodo
Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral pula.
4. Cunduk Menthul
5 tangkai bunga dipasang di atas sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal yang menjadi dasar kerajaan Mataram Islam ini, seperti yang tercantum dalam Kitab Suci.
5. Pethat/sisir berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari emas diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti gunung, sebagai simbol kesakralan. Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.
6. Kalung Sungsun
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang alam baka, alam antara, dan alam fana.
7. Gelang Binggel Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang melambangkan kesetiaan tanpa batas.
8. Kelat Bahu
Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci yang dipercaya menyangga dunia.
9. Centhung
Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan di atas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga.
10. Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis sejak jaman Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara (Sunan PB IX) ditulis bahwa para putri tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah. Karena sebagai symbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan. Cincin di jari manis sebagai symbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di jari kelingking simbol untuk selalu terampil dan giat dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai simbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik.
Pengantin Jawa
11. Paes
Paes yang adalah riasan pengantin wanita Jawa yang bertujuan untuk mempercantik diri. Hiasan paes memiliki empat cengkorongan (lekukan) yang masing-masing memiliki makna.
Gajahan/penunggul menggambarkan sesuatu yang baik, dengan harapan wanita akan selalu dihormati dan ditinggikan derajatnya. Selain itu penunggul juga merupakan do’a agar kedua mempelai dapat menjadi pasangan yang sempurna.
Pengapit merupakan lambang mendampingi, yaitu yang mengontrol hiasan gajahan/penunggul, mengandung makna agar jalannya selalu lurus dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Penitis adalah lambang bahwa segala sesuatu itu harus tepat sasaran (titis). Sebagai harapan agar pengantin mencapai tujuan yang tepat, selain itu penitis merupakan simbol kearifan. Untuk pengantin wanita sendiri penitis adalah harapan agar menjadi wanita yang bertindak tepat dalam mengurus rumah tangga.
Godheg adalah bagian terakhir paes yang memperindah cambang. Bentuknya yang melengkung ke belakang memberi arti bahwa manusia harus sadar dari mana asal usulnya. Godheg mempunyai makna agar kedua mempelai selalu introspeksi diri dan agar dalam melaksanakan segala sesuatunya tidak dilakukan dengan gegabah & terburu-buru.
Kenapa bentuk paes cenderung lengkung dan arahnya ke bawah? Hal tersebut dimaknai sebagai seorang wanita/ istri harus memiliki sifat yang lembut dan senantiasa merunduk atau temungkul. Dengan sifat lembut dan rendah hari akan tercipya wanita yang berbudi luhur kang utomo.
Penantin Jawa
Dari tulisan di blog ini saya juga mengutip tahapan merias wajah gaya paes ageng beserta makna dan filosofinya yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
Tahap 1: Ratusan
Proses pengasapan bahan ratus yaitu wewangian tradisional pada rambut agar harum
Tahap 2: Halup-Halupan
Lebih sering disebut prosesi cukur rambut. Di mana dilakukan pembersihan wajah pengantin dengan cara mencukur rambut halus yang tumbuh di dahi atau memotong rambut menjuntai ke dahi sehingga wajah tampak bersih dan siap untuk dibuat pola wajah.
Tahap 3: Cengkorongan
Merupakanpembuatan pola wajah paes ageng gaya Yogyakarta. Penentuan bentuk dan pembuatan cengkorong ini dikerjakan dengan pensil dan hasil akhirnya berupa gambar samar-samar/tipis.
Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin saya bagi, yaitu mengenai macam-macam jenis pakaian pengantin Jawa, seperti Solo Basahan, Solo Putri, Yogya Putri, Yogya Basahan, Yogya Paes Ageng dan Yoga Jangan Meneer tapi kiranya ada ulasan yang menarik dibaca yaitu di : http://www.designes.biz/2016/05/macam-gaya-tata-rias-pengantin-adat-jawa.html
Comments
Post a Comment